Peneliti Pusat Kanker Universitas California, Davis menemukan cara baru untuk perawatan pasien kanker. Peneliti berambisi mengadopsi partikel robotik ukuran nano untuk menyasar sel tumor.
Dengan bekal nanopartikel itu, ilmuwan memungkinkan mendiagnosa pertumbuhan kanker dan menyuntikkan obat secara langsung ke dalam karsinoma maupun memberikan sinyal melalui skema pemindaian tubuh.
Teknik ini dianggap merupakan cara yang efektif untuk menyasar langsung target pada sel berbahaya.
Melansir Engadget, Kamis 28 Agustus 2014, adopsi robot nanopartikel ini dianggap cara yang lebih baik dibandingkan cara kerja perawatan kemoterapi pada penderita kanker, yang mengandung risiko kesehatan lain.
Penggunaan partikel berukuran nanometer untuk pengobatan tumor, dilihat sebagai cara yang tepat dan aman. Sebab, secara ukuran nanometer berati sepermiliar meter, yang berarti dapat masuk dan menyusup pada tumor ganas.
Secara teknis, Phys.org, mengatakan partikel nano ini bisa bekerja dalam komponen organik dan anorganik.
Dalam pengobatan konteks ini, peneliti menggunakan nanopartikel organik baru yang dikenal nanoporfirin. Partikel ini berukuran 20-30 nanometer.
Nanoporfirin merupakan kelompok molekul yang bebas meloncat dengan sifat hidrofilik (senyawa yang berikatan dengan air) pada bagian satu dan hidrofobik (yang tak larut dalam air) pada bagian lainnya. Tiap molekul mengandung senyawa organik yang disebut porfirin.
Nah, porfirin ini dapat terjadi secara alami, yang dikenal sebegai heme, pigmen dalam sel darah merah.
Ukuran kecil nanoporfirin memberikan keuntungan, karena dapat ditelan dan terakumulasi dalam sel tumor.
Panaskan Sel Tumor
Nanoporfirin bekerja dalam dua tingkatan. Pada satu tingkatan, nanoporphyrin bisa membantu diagnosa dan deteksi dengan meningkatkan kontras jaringan tumor pada pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan Pasitron Emission Tomography (PET) atau keduanya.
PET memanfatkan bahan radioaktif terakumulasi dengan cara disuntikkan, dihirup, atau ditelan pada tubuh.
PET akan menunjukkan, di mana bahan radioaktif terakumulasi untuk mendeteksi masalah pada aliran darah, penggunaan oksigen, dan metabolisme.
Sedangkan pada tingkat lainnya, nanoporfirin dapat dimuati obat anti tumor guna membunuh jaringan ganas. Saat diaktifkan, nanoporfirin didesain memanaskan jaringan tumor dengan melepaskan jenis oksigen reaktif yang mematikan pada lokasi tumor.
Pengiriman nanopartikel ini ditegaskan hanya merusak sel tumor, dan tidak berbahaya bagi sel dan jaringan yang sehat.
Peneliti mengatakan tantangan adopsi nano partikel yaitu menggabungkan masing-masing fungsi dalam satu nanopartikel. Saat ini, masih sulit menggabung fungsi pencitraan dengan fungsi kemampuan menyerap cahaya untuk fototerapi pada nanopartikel organik pembawa obat.
Tantangan lain, mensyaratakan dokter, atau ilmuwan yang benar-benar ahli dan terampil memasukkan nanopartikel itu ke dalam sel yang dimaksud. Pekerjaan ini dianggap memakan waktu yang tak sedikit dan membutuhkan biaya riset yang mahal untuk membangun pengobatan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar